Tepi Malam putri prambanan
Naskah: Gondhol
Sumargiyono, S.Pd.T
Adegan 1.
Sri paduka Baka:
Jongrang, apa yang kau pikirkan?
Jongrang:
Sri paduka, Aku merasa sendirian, sejak kematihan kakandaku
sri karung kala, Daun-daun mulai berguguran, angin yang dulu berhembus seakan berhenti
memberi sentuhan, belaianya hampa, nyayianya sepi, Prambanan senyap tanpa tawa Sri
karungkala sang raja raksasa yang sayang pada aku,aku! rara jongrang adik nya
yang lemah ini.
Sri paduka Baka:
Sudahlah jongrang, bukankah kini ada aku, Drembamoha putra endang panepi ,
yang sudah kau nobatkan sebagai Prabu Baka,
Jongrang :
Ya..ya sri paduka, tapi ....
Sri paduka baka:
Tapi apa?
Jongrang:
Aku miris ketika mengingat gulungan api dari cundamanik,
senjata itu yang mengulung prajurit prambanan, dan..... panah cundamanik itu
pula yang menembus ..... yang
menembus dada sri karung kala. Panah Darmamaya
itu telah memutus leher kakanda Sri karungkala.
Sri paduka baka:
Jongrang , jangan bersedih, masih kah kau ingat cahaya merah membara yang lepas dari tubuh
sri karungkala, cahaya itu! , cahaya itu menitis pada putra dari resi manikara,
dan yang dulu dirawat raseksi wiwitra. Cahaya itu ada ditubuhku!. baka ini titisan srikarungkala.
(Mendekat) Adiku yang manis, jangan engkau terlulu bersedih hati, akan ku
kembalikan mahkota kerajaan prambanan dari pengging kepadamu , itu janjiku
padamu
Adegan 2;
Perang :
Prabu baka:
Pagi-pagi buta,sudah kau tiup sangkakala, katabuh bende
peperangan, apakah kau tidak takut mati
Bandung bandawasa
Mati ? putra
darmamaya ini tidak takut mati baka.
Prabu baka
Ah..... apa kau putra darmamaya? ,
Bandung bandawasa:
Ya aku putra darmamaya, bandung bandawasa senapati pengging
Prabu baka:
Bandung bandawasa, apa yang kau andalkan, cundamanik
telah menjadi satu dengan ragaku, kau tidak lebih dari semut yang tak punya
daya
Bandung bandawasa:
Doa restu dari ibunda,dan kekuatan dari para dewa yang
mengirim aku untuk memusnahkanmu dari muka bumi.
Prabu baka :
Kau siap
mengantarkan nyawamu.
Perang :
Diciptanya pasukan jin setan dari baka tapi kalah baka
mati
Adegan 3:
Jongrang :
Lagi-lagi, awan hitam membayang di prambanan, akankah
senja terus kelam, surya tegelam meninggalkan kemegahan kerajaan prambanan,
prabu baka telah maju kepeperangan, tapi hati ini juga tak tenang. Burung
pemakan bangkai berkeliaran, araoma bunga kematian kian dekat
Rakyat :
Sri paduka gugur! Prabu baka gugur!
Rara jongrang :
Sri baginda gugur? Oh........kanda ......(rara jongrang
lari , semua sudah mati , saudara sudah mati)
.Aku telah sebatang kara.
Bandung :
Hai wanita bermuram durja ada apa gerangan kau
terdiam.
Jongrang :
Keluargaku musnah, tewas ditikamkejamnya perang pengging
dan prambanan.
Bandung :
o....Bisakah nyawa ini memberimu percikan sinar
kebahagiaan, maaf .... cobala tersenyum, lalu akan kucoba mengajak
burung-burung itu kemari dan berkicau menghiburmu
jongrang :
maafkan aku lelaki yang baik hati,hatiku sudah tak kuasa
menahan pedihnya ditingal satu persatu keluargaku, senopati pengging itu telah
menghancurkan prambanan.
Bandung :
Begitu rupanya, tapi cobalah tersenyum terlebih dulu,
biar kelalawar hitam itu tak berterbangan. Ayo tersenyumlah.
Jongrang :
(tersenyum biarpun sedikit)
Dipegang tangan dan diberi bunga
Bandung :
Oh... rupanya prambanan, tidak hanya tempat para raksasa,
rupanya juga ada setangkai bunga yang memang harum dan indah,
o.... tidak hanya bunga, tapi ini lebih dari bunga , ini
indurasmi, cahaya rembulan yang dapat menyinari prambanan walau kelam. Hai
wanita putri prambanan, aku terpikat dengan kecantikanmu
Jongrang :
Maaf siapakah kakanda ini
Bandung :
Aku bandung bandawasa
Jongrang :
Apa? Bandung bandawasa ....
Bandung :
Ya aku bandung bandawasa
Jongrang ;
. kau yang menghancurkan prambanan. Tak tahukah aku ini
rara jongrang adik dariprabu baka
Adegan 4:
Bandung bandawasa:
o..... sebuah kebetulan untuk menutupkesalahnku ikutlah
dalam kedamaian dipengging
jongrang:
dalam jiwa yang gelap masih juga kau tertawa, kelam,
hitam dalam hatiku tak mungkin memberimu titik putih. Bandung tidakkah kau malu setelah kau bunuh
keluargaku kau juga ingin aku, apa bedanya kau dengan para kurcaci.aku rara
jongrang tidak sudi
bandung :
ohhhh...jonggrang, suaramu sungguh merdu, wajahmu sayu,
catik, ranum,...ah......terimalah timangku , nyawa ini akan memberimu
kedamaian, akan ku boyong engkau
kepengging.
jongrang :
bandung,bandung
bukankah ibumu dewi rarasati juga tidak mau menjadi putri boyongan,
bandung :
oooo ......rupanya kau tahu ibuku
jongrang
ya aku tahu, dan karena ialah kakaku sri karungkala mati,
ibumu tidak mau jadi putri boyong
bandung :
tapi aku berbeda, jongrang jika kulihat kau sebenarnya
mempunyai rasa cinta kepadaku, jangan kau menolak apa kata hatimu sendiri.
Penolakan :
Bandung , bunuhlah
saya, daripada harus dibawa kepengging sebagai putri boyongan.
0 comments:
Post a Comment