Code


Wednesday 15 August 2012

Tepi Malam Jonggrang-Juara I "Best Story" Pagelaran Busana UNY


Tepi Malam  putri prambanan
Naskah: Gondhol Sumargiyono, S.Pd.T

Adegan 1.
Sri paduka Baka:
Jongrang, apa yang kau pikirkan?

Jongrang:
Sri paduka, Aku  merasa sendirian, sejak kematihan kakandaku sri karung kala, Daun-daun mulai berguguran, angin yang dulu berhembus seakan berhenti memberi sentuhan, belaianya hampa, nyayianya sepi, Prambanan senyap tanpa tawa Sri karungkala sang raja raksasa yang sayang pada aku,aku! rara jongrang adik nya yang lemah ini.

Sri paduka Baka:
Sudahlah jongrang, bukankah  kini ada aku, Drembamoha putra endang panepi , yang sudah kau nobatkan sebagai Prabu Baka,

Jongrang :
Ya..ya sri paduka, tapi ....

Sri paduka baka:
Tapi apa?

Jongrang:
Aku miris ketika mengingat gulungan api dari cundamanik, senjata itu yang mengulung prajurit prambanan, dan..... panah cundamanik itu pula yang menembus  ..... yang menembus  dada sri karung kala. Panah Darmamaya itu telah memutus leher kakanda Sri karungkala.

Sri paduka baka:
Jongrang , jangan bersedih, masih kah kau ingat  cahaya merah membara yang lepas dari tubuh sri karungkala, cahaya itu! , cahaya itu menitis pada putra dari resi manikara, dan yang dulu dirawat raseksi wiwitra. Cahaya itu ada ditubuhku!. baka ini titisan srikarungkala. (Mendekat) Adiku yang manis, jangan engkau terlulu bersedih hati, akan ku kembalikan mahkota kerajaan prambanan dari pengging kepadamu , itu janjiku padamu






Adegan 2;
Perang :


Prabu baka:
Pagi-pagi buta,sudah kau tiup sangkakala, katabuh bende peperangan, apakah kau tidak takut mati

Bandung bandawasa
Mati ?  putra darmamaya ini tidak takut mati baka.

Prabu baka
Ah..... apa kau putra darmamaya? ,

Bandung bandawasa:
Ya aku putra darmamaya, bandung bandawasa senapati  pengging

Prabu baka:
Bandung bandawasa, apa yang kau andalkan, cundamanik telah menjadi satu dengan ragaku, kau tidak lebih dari semut yang tak punya daya

Bandung bandawasa:
Doa restu dari ibunda,dan kekuatan dari para dewa yang mengirim aku untuk memusnahkanmu dari muka bumi.

Prabu baka :
Kau siap  mengantarkan nyawamu.

Perang :
Diciptanya pasukan jin setan dari baka tapi kalah baka mati



Adegan 3:
Jongrang :
Lagi-lagi, awan hitam membayang di prambanan, akankah senja terus kelam, surya tegelam meninggalkan kemegahan kerajaan prambanan, prabu baka telah maju kepeperangan, tapi hati ini juga tak tenang. Burung pemakan bangkai berkeliaran, araoma bunga kematian kian dekat

Rakyat :
Sri paduka gugur! Prabu baka gugur!




Rara jongrang :
Sri baginda gugur? Oh........kanda ......(rara jongrang lari , semua sudah mati , saudara sudah mati)

.Aku telah sebatang kara.

Bandung :
Hai wanita bermuram durja ada apa gerangan kau terdiam.

Jongrang :
Keluargaku musnah, tewas ditikamkejamnya perang pengging dan prambanan.

Bandung :
o....Bisakah nyawa ini memberimu percikan sinar kebahagiaan, maaf .... cobala tersenyum, lalu akan kucoba mengajak burung-burung itu kemari dan berkicau menghiburmu

jongrang :
maafkan aku lelaki yang baik hati,hatiku sudah tak kuasa menahan pedihnya ditingal satu persatu keluargaku, senopati pengging itu telah menghancurkan prambanan.

Bandung :
Begitu rupanya, tapi cobalah tersenyum terlebih dulu, biar kelalawar hitam itu tak berterbangan. Ayo tersenyumlah.

Jongrang :
(tersenyum biarpun sedikit)

Dipegang tangan dan diberi bunga
Bandung :
Oh... rupanya prambanan, tidak hanya tempat para raksasa, rupanya juga ada setangkai bunga yang memang harum dan indah,
o.... tidak hanya bunga, tapi ini lebih dari bunga , ini indurasmi, cahaya rembulan yang dapat menyinari prambanan walau kelam. Hai wanita putri prambanan, aku terpikat dengan kecantikanmu

Jongrang :
Maaf siapakah kakanda ini
Bandung :
Aku bandung bandawasa

Jongrang :
Apa? Bandung bandawasa ....

Bandung :
Ya aku bandung bandawasa

Jongrang ;
. kau yang menghancurkan prambanan. Tak tahukah aku ini rara jongrang adik dariprabu baka

Adegan 4:
Bandung bandawasa:
o..... sebuah kebetulan untuk menutupkesalahnku ikutlah dalam kedamaian dipengging


jongrang:
dalam jiwa yang gelap masih juga kau tertawa, kelam, hitam dalam hatiku tak mungkin memberimu titik putih. Bandung  tidakkah kau malu setelah kau bunuh keluargaku kau juga ingin aku, apa bedanya kau dengan para kurcaci.aku rara jongrang tidak sudi

bandung :
ohhhh...jonggrang, suaramu sungguh merdu, wajahmu sayu, catik, ranum,...ah......terimalah timangku , nyawa ini akan memberimu kedamaian,  akan ku boyong engkau kepengging.

jongrang :
bandung,bandung  bukankah ibumu dewi rarasati juga tidak mau menjadi putri boyongan,

bandung :
oooo ......rupanya kau tahu ibuku

jongrang
ya aku tahu, dan karena ialah kakaku sri karungkala mati,
ibumu tidak mau jadi putri boyong

bandung :
tapi aku berbeda, jongrang jika kulihat kau sebenarnya mempunyai rasa cinta kepadaku, jangan kau menolak apa kata hatimu sendiri.

Penolakan :
Bandung  , bunuhlah saya, daripada harus dibawa kepengging sebagai putri boyongan.

0 comments:

Post a Comment